Wednesday, August 23, 2017

Tidak Kenal Tidak Sayang Wereng Batang Coklat?

23 Agustus 2017

Wereng Batang Coklat (WBC) mempunyai nama latin Nilaparvata lugens yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai brown planthopper.  Serangga ini termasuk dalam Ordo Hemiptera dengan alat mulut menusuk menghisap, famili Delphacidae.


Wereng batang coklat, sumber alchetron.com/Delphacidae-2297823-W

Wereng kurun 50 tahun yang lalu, bukan hama utama pada tanaman padi.   Disertasi Van der Boot tahun 1929 menyebutkan bahwa hama utama tanaman padi pada tahun tersebut adalah

  1. Scirpophaga innotata
  2. Schoenobus incertullas
  3. Ocile simplex
  4. Leptocorisa acuta
  5. Nephotetrix apicalis
  6. Podops coarctata

Tahun 1964, Soenardi, dari Balai Penelitian Cimanggu melaporkan dalam buku Insect Pest of Rice in Indonesia bahwa hama utama pertanaman padi adalah
  1. Tryporyza innotata
  2. Triporyza incertulas 
  3. Chilo suppressalis

Serangan wereng pertama di mulai tahun 1970 an.  Peningkatan populasi hama ini berkaitan dengan sistem budidaya yang semakin membaik.  Padi yang awalnya ditanam 1 kali dalam setahun meningkat menjadi dua kali tanam hingga tahun 2017 ini menjadi 3 kali tanam.  Padi genjah memiliki 105-124 hari (sumber http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id) atau 3,5 hingga 4 bulan.  Sehingga dalam satu tahun hamparan persawahan akan terisi oleh tanaman padi secara terus menerus.  Penanaman padi tanpa jeda dalam satu tahun menyebabkan populasi wereng akan selalu ada di persawahan.  Populasi wereng ini yang akan memicu populasi yang lebih besar lagi di musim tanam berikutnya.


Faktor budidaya lain yang memicu meledaknya hama wereng disamping padi berumur pendek adalah pemakaian pupuk sintetik dan insektisida.  Pupuk sintetik terutama N menyebabkan figor tanaman menjadi besar dan berwarna hijau. Wereng membutuhkan N tinggi, sehingga dengan tersedianya N yang cukup banyak di tanaman menyebabkan kebutuhan nutrisi wereng menjadi terjamin dan sangat-sangat cukup untuk memproduksi generasi berikutnya.  Faktor penting ledakan wereng adalah pemakaian insektisida tidak tepat dan bijaksana.


Insektisida merupakan cara instan mengendalikan hama.  Sayangnya insektisida membunuh tidak hanya hama yang diinginkan juga musuh alami seperti parasitoid dan predator yang banyak dijumpai di persawahan.  Dalam kondisi normal, populasi hama dan musuh alami selalu berada dalam kondisi berkeseimbangan.  


Hama merupakan makanan dari predator.  Predator dengan alat mulut menggigit mengunyah dengan rakusnya memakan wereng hingga tidak tersisa satu potong bagian tubuhnya.  Parasitoid menggunakan badan wereng untuk meletakkan telur untuk kemudian menetas dan menjadi pupa tetap berada di dalam tubuh wereng.  Peristiwa ini yang menyebabkan populasi wereng dapat dikendalikan secara alami menggunakan musuh alami atau bahasa kerennya menggunakan jasa ecosystem services.  Pengendali alami ini tidak hanya predator, parasitoid tetapi ada juga penyakit yang disebabkan oleh nematoda, cendawan, virus dan bakteri.


Insektisida yang dipakai tidak tepat sasaran dan tidak bijaksana mengakibatkan predator dan parasitoid ikut terbunuh.  Tidak ada lagi pemangsa alami yang mampu mengendalikan populasi wereng.  Ketika dilakukan aplikasi insektisida baik wereng, predator dan parasitoid mati.  Wereng mempunyai daya adaptasi lebih baik terhadap insektisida dibandingkan predator dan parasitoid.  Saat dilakukan penyemprotan insektisida di persawahan, masih ada sedikit populasi wereng yang tidak ikut mati terbunuh.  Wereng lebih tahan insektisida biasanya berperawakan badan lebih kecil, warna lebih gelap, kapasitas reproduksinya lebih rendah dibandingkan populasi wereng normal.  Wereng yang masih hidup ini dapat berkembang biak hingga menjadi sejumlah populasi tertentu.  Ketahanan terhadap insektisida dikendalikan secara genetik dari dalam sel wereng.


Wereng yang berhasil hidup ini jika dikendalikan dengan konsentrasi insektisida sama, tidak mati.  Sehingga untuk mematikan wereng tersebut memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi.  Insektisida ini pun tidak juga mampu untuk membunuh 100% populasi wereng.  Akan selalu ada sedikit individu yang tahan secara genetik terhadap insektisida.  Populasi wereng pun seberapapun tinggi diberikan konsentrasi insektisida tidak akan pernah mati.  Fenomena ini yang disebut dengan peristiwa resistensi.  Sebaliknya, musuh alami berupa predator dan parasitoid tidak ada lagi yang mampu bertahan hidup dalam kondisi konsentrasi insektisida tinggi.


Sudah dapat diduga, populasi wereng di lapangan meraja lela tanpa ada yang mampu mengendalikan lagi.  Ditambah lagi penanam padi secara terus menerus selama satu tahun, tanpa ada jeda membuat siklus hidup wereng tidak ada yang memutusnya. 


Ledakan hama wereng di Indonesia dimulai tahun 1970 an.  Siklus kemudian berulang setiap 5 hingga 20 tahunan.  Tercatat serangan wereng di tahun 1970, 1989, 1998, 2005, 2010 dan 2017.


Secara umum dugaan pemicu terjadinya ledakan hama wereng yaitu

  • penanaman variets rentan
  • pemakaian pupuk N berlebihan
  • aplikasi insektisida sembarangan
  • penanaman padi terus menerus
  • adanya resistensi populasi wereng batang cokelat
  • adanya migrasi wereng batang cokelat.

###


Komisi pestisida (kompes) salah satu pintu kelembagaan untuk pengaturan peredaran pestisida di Indonesia.  Lembaga ini sudah mengeluarkan 70 bahan aktif pestisida yang tidak boleh digunakan pada komoditas padi.  29 bahan aktif yang dilarang tersebut diantaranya dari golongan organophosphat.  Kompes juga melakukan moratorium pendaftaran insektisida untuk 150 merk dagang.  Peraturan lain yang dibuat adalah pelarangan insektisida berbahan aktif piretroid.  Pirethroid menyebabkan terjadinya resistensi dan resurgensi.


Pada kenyataan di lapang.  Penggunaan bahan aktif pirethroid dan organofosfat tetap dilakukan untuk komoditas padi.  Insektisida dengan bahan aktif imidakloprid dan abemektin yang belum disahkan untuk komoditas padi sudah digunakan.  Teknik aplikasi insektisida tidak tepat.  Yang lebih parah lagi terdapat peredaran insektisida palsu.  Akibat dari semua hal tersebut adalah
  • populasi WBC meningkat
  • tindakan pengendalian yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien
  • pencemaran lingkungan menjadi semakin meningkat

Penyemprotan insektisida di lapangan tetapi tidak mengendalikan OPT.  Banyak insektisida terbuang percuma tidak mengenai organisme sasaran.  Penyebab dari tidak tepatnya palikasi karena
  • pengetahuan petani rendah
  • pendampingan terhadap petani yang semakin menurun
  • iklan pestisida yang sangat intensif dan ada dimana-mana

Upaya untuk mencegah terjadinya ledakan hama wereng
  1. Tidak menjadikan pestisida sebagai senjata utama tetapi gunakanlah PHT
  2. Gunakan pestisida dengan benar, bijaksana agar efisien dan aman terhadap lingkungan
  3. Lakukan peningkatan dan pemanfaatan jasa ekosisem seperti optimalisasi musuh alami
  4. Perlu dilakukan pencabutan izin edar pestisida yang melakukan promosi secara sembarangan seperti menempelkan di batang pohon di pinggir persawahan

###

Penyakit padi yang ditularkan oleh wereng batang cokelat adalah

  1.  Rice tungro virus (virus tungro)
  2. Rice grassy stunt virus (virus kerdil rumput)
  3. Rice ragged stunt virus (virus kerdil hampa)

Gejala padi yang terkena virus tungro adalah daun padi berwarna orange.  Padi terkena virus kerdil rumput anakan banyak dan daun tetap berwarna hijau sehingga sekilas menyerupai rumput.  Virus kerdil hampa memiliki ciri menyebabkan daun padi terpelintir.  


Penyakit kerdil rumput dan kerdil hapa tersebar meliputi wilayah Malaysia, Philiphina, Vietnam, Jepang, Taiwan, China dan Indonesia.  Tahun 2017 ini dilaporkan terjadi serangan infeksi virus kerdil rumput dan kerdil hampa di Indonesia.


Penularan virus sangat bergantung pada wereng batang cokelat.  Tidak ada mekanisme penularan virus yang lainnya.  Nimfa wereng lebih efisien menularkan virus dibandingkan imago.  Sekali terinfeksi virus maka selamanya wereng akan mengandung virus.  Tanaman yang terinfeksi virus tidak akan mati.  Tanaman tetap hidup tetapi tidak dapat berproduksi.  Virus mengembangkan mekanisme agar inang yang ditumpanginya tidak mati.  Jika inang mati maka virus pun akan musnah sehingga akan merugikan untuk keberlangsungan hidupnya.


Tanaman yang terinfeksi virus tidak ada mekanisme untuk penyembuhannya.  Sehingga cara pengendalian adalah dengan memusnahkan tanaman padi yang terinfeksi oleh virus.  Jika tanaman tidak dimatikan, maka dapat menjadi sumber penularan pada tanaman lain yang masih sehat.

-end-

 








Tulisan bersumber dari kuliah umum yang disampaikan oleh Prof. Dr. Aunu Rauf, Prof. Dr. Dadang dan Prof. Dr. Sri Hendrastuti Hidayat yang dilaksanakan 14 Agustus 2017 di Ruang Sidang Lantai 6 Gedung Rektorat Institut Pertanian Bogor (IPB) dan teori perkuliahan selama menempuh pendidikan di PTN IPB


0 comments:

Post a Comment