Monday, September 12, 2016

Materi Kuliah 1 Toksikologi Serangga

Toksikologi Insektisida: 
Kontrak Perkuliahan


Bidang ilmu toksikologi insektisida dibagi menjadi 2 bagian
1. Pestisida dan aplikasi
2. Toksikologi

Toksikologi membahas hubungan senyawa dengan sasaran.  Keluaran dari mata kuliah toksikologi adalah lahirnya kebijakan pestisida dalam pertanian yang aman dan ramah lingkungan.

Toksikologi mengkaji hal-hal antara lain:
Bagaimana senyawa mempengaruhi serangga sasaran
Ecotosikologi yaitu efek pestisida terhadap lingkungan
Jenis-jenis pestisida yang dipakai dalam pertanian dan apa efek yang muncul terhadap mahluk hidup dan lingkungan
Membahas dampak pestisida terhadap organisme sasaran seperti terjadinya resistensi dan resurgensi.
Pestisida terutama insektisida sebagian besar merupakan pengganggu kerja syaraf serangga.  Untuk itu perlu memahami struktur dan mekanisme kerja syaraf serangga.
Bacillus thuringiensis sebagai insektisida biologi akan juga dibahas cara kerjanya.


Penggunaan pestisida terutama insektisida di lapangan tidak dilakukan dengan benar.  Praktek aplikasi yang salah tidak hanya pada tingkat petani tetapi juga pada perusahaan pertanian besar.


Mata kuliah toksikologi dilengkapi dengan praktikum yang akan mencoba dasar-dasar pengujian insektisida (mode of action).  Pestisida yang diuji tersebut kemudian dihitung probit analisis untuk mengetahui keefektifan terhadap organisme sasaran.  Materi praktikum lain yaitu mempelajari ecotoxicologi dengan mencoba memaparkan ikan dengan residu pestisida yang terlarut di perairan.

Tujuan dilakukan praktikum toksikologi adalah
1. Memahami konsep mode of entry dan mode of action dari pestisida.  
2. Mode of entry adalalah tempat masuk pestisida terhadap serangga sasaran, misalnya masuk melalui mulut, kulit, trakhea, spirakel dll.  Mode of action adalah kerja pestisida terhadap organ serangga seperti pestisida mengganggu kerja colin esterase, pestisida mengganggu transfer ion di sinap syaraf serangga, dll.

Penilaian mata kuliah Toksikologi dengan perbandingan: 70% kuliah dan 30% praktium

Buku pegangan kuliah: Toxicology of Insecticides

###


Dasar-Dasar Toksikologi

Toksikologi adalah cabang ilmu tertua dalam bidang farmakologi.  Farmakologi adalah ilmu yang mempengaruhi pengaruh obat atau racun terhadap manusia.  Pada dasarnya obat yang diminum adalah senyawa asing (xenobiotik).  Manusia mempunyai kemampuan untuk mendegradasi senyawa xenobiotik tersebut, termasuk juga serangga.

Toksikologi diambil dari akar kata toksis / toxicus / poisonous.  Toksikologi disebut juga the science of poisonousi sebagai cabang dari medicinal science.

Racun adalah senyawa yang dapat menyebabkan pengaruh berbahaya jika diberikan baik sengaja atau tidak sengaja pada organisme hidup.

Konsep yang harus difahami tentang racun/pestisida/insektisida termasuk didalamnya pengusir hama rumah tangga baygon, softwel, autan dll

Risk = hazard x exposure

Jika menggunakan baygon tiap hari (exposrue) tinggi maka semakin tinggi kemungkinan keracunan insektisida baygon, terkena kangker dll.  Untuk mengusir hama rumah tangga seperti nyamuk, cara teraman menggunakan penghalang mekanis seperti memakai kelambu tidur, memasang kawat nyamuk, mematikan dengan raket dll.

Dosis = medicine vs poison

Obat bisa menyembuhkan disatu sisi tetapi juga bisa menjadi racun yang mematikan.  Obat bisa sebagai penyembuh atau racun tergantung dosis yang diminum.  Demikian juga untuk mematikan serangga sasaran.  Dosis yang tidak tepat bukannya menjadi pembunuh serangga tetapi justru sebagai bahan menambah stamina.  
Contoh:
2,4 D adalah zat pengatur tumbuh (ZPT), dengan dosis tertantu (sedikit) bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman tetapi dengan dosis lebih tinggi dapat digunakan sebagai herbisida.
Du Bois and Geiling (1959) menyatakan toksikologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan sifat dasar racun, sifat umum racun, pengaruh dan deteksinya.  Toksikologi ada kaitannya dengan metabolisme, ekskresi racun, cara kerja racn, diagnosa dan analisis fisik dan kimianya.

Salah satu bahan yang dipelajari dalam ilmu toksikologi adalah penggunaan nikotin.  Nikotin mempunyai dampat toksik tinggi terhadap mamalia tetapi tidak berpengaruh pada serangga.  Ahli mengubah struktur dasar nikotin sehingga mempunyai dampak racun pada serangga, misalnya dirubah menjadi imidakloprid.  Senyawa imidakloprid menjadi sangat toksik terhadap serangga.
Menemukan senyawa insektisida baru adalah kerja panjang mulai dari memahami struktur kimia, melihat pengaruh terhadap organisme sasaran, mempelajari pesistensi di lingkungan, mengetahui tingkat kelarutannya pada air, menentukan masa degradasi untuk kemudian bisa dilepas di pasaran.

Hodgson menyatakan toksikologi adalah studi tentang deteksi, kejadian, sifat, pengaruh dan regulasi senyawa toksik.

Ariens et al menyatakan bahwa toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai cara kerja senyawa kimia yang merugikan organisme hidup.  Toksikologi sebagai pelayan masyarakat.  Toksikologi tidak hanya untuk melindungi manusia dan lingkungan dari pengaruh buruk racun namun juga untuk pengembanngan senyawa toksik yang selektif dan lebih baik.

Senyawa organoklorin sudah dilarang karena bersifat persisten (tidak terdegradasi di lingkungn).
DT50 = degradation time 50 ( 50% komposisi kimia senyawa racun terurai di lingkungan).  DT50 pestisida di Indonesia ditetapkan oleh komisi pestisida selama 90 hari.  Tujuannya DT50=90 hari untuk menyelamatkan lingkungan.  Dasar alasannya, musim tanam di Indonesia umumnya 90 hari.  Setelah panen 50% pestisida yang digunakan selama musim tanam tersebut sudah terdegradasi yang sisanya akan terdegradasi saat lahan diberakan kemudian.

Perlu dilakukan studi yang komparatif dan selektif dalam pengembangan obat antikanker, pestisida dll.  Pestisida yang dirilis ke masyarakat wajib tidak boleh menimbulkan kanker (carsinogenik).

Toksikologi yang awalnya sebagai ilmu farmakologi berkembang menjadi:
1. Toksikologi kesehatan
2. Toksikologi bahan pangan
3. Toksikologi sinar (obat kanker sebagai contok sinar gamma)
4. Toksikologi industri (pengolahan limbah)
5. Toksikologi lingkungan (efek lingkungan setelah racun diaplikasikan)
6. Toksikologi insektisida (pengaruh racun terhadap serangga)
Toksikologi insektisida atau toksikologi serangga merupakan bagian penting dari ketahanan pangan.  

Ketahanan pangan seyogyanya merupakan kesatuan aspek dari
Pasokan (supply) yang cukup
Distribusi bahan pangan yang merata
Keamanan pangan: bahan pangan bebas aflatoksin (toksin yang dihasilkan oleh cendawan yang berkembang di kacang-kacangan

Toksikologi serangga berhubungan dengan toksikologi makanan, lingkungan, kesehatan dan industri.

Cakupan toksikologi versi lain (Loomis 1974): toksikologi lingkungan, ekonomi dan forensik.

Toksikologi lingkungan akan membahas masalah residu, polutan dan dampak residu terhadap kesehatan.  Toksikologi lingkungan juga membahas penggunaan senyawa kimia  yang berlebihan dalam industri, pertanian dll.  Recovery rate pestisida di Indonesia tergolong rendah, hanya 20%.  Apa artinya?  Pestisida yang diaplikasikan di lapangan hanya 20%nya yang mengenai organisme sasaran, sisanya 80% terbuang percuma.  Recovery rate masih rendah tersebut karena beberapa faktor antara lain penggunaan nozel kasar, sifat berlebihan jika pestisida tidak membanjiri permukaan daun tidak puas.

Toksikologi lingkungan semakin berkembang karena:
1. Lebih intensifnya pemanfaatan lingkungan untuk kehidupan manusia seperti tempat tinggal, sarana olah raga, rekreasi dll
2. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya senyawa kimia terhadap manusia, lingkungan, hewan peliharaan dan lainnya.
3. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan yang sehat


Toksikologi insektisida atau toksikologi serangga mempunyai perbedaan dengan induk ilmu toksikologi (farmakologi)
Tidak ada diagnosa klinik (tidak ada perlakukan insektisida terhadap manusia)
Tidak termasuk toleransi terhadap manusia, bahkan efeknya harus selektif terhadap manusia.  Justru ada upaya safety dalam aplikasi insektisida.  Insektisida hanya efektif mengendalikan serangga.
Tahu cara kerja insektisida sehingga mengetahui strategi pengendalian serangga yang tepat
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas insektisida
Dapat menghitung hubungan antaa dosis/konsentrasi dengan respon serangga
Mengetahui efek samping insektisida
Perlu kehati-hatian dalam penggunaan insektisida di lapangan
Perlu tindakan penyelamatan yang tepat


Toksikologi ekonomi: pengaruh racun terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu perekonomian masyarakat.


Racun merupakan konsep kuantitatif
Beracun pada dosis tertentu
Tidak beracun pada dosis dibawahnya
Kisaran kedua limit atau batas tersebut akan terdapat kisaran kemungkinan pengaruh mulai bersifat kronik ringan yang berlangsung lama hingga kematian cepat.  

Contoh

Vinil klorida (plastik) pada dosis tinggi bersifat toksik, dosis rendah merupakan bahan karsinogen, dosis sangat rendah tidak ada efek samping.
Aspirin (asam asetilsalisilik): pada dosis rekomendasi sebagai obat namun ada efek kronik pada gastrik mucosa.  Aspirin dapat mematikan jika mencapai dosis 0,2 -0,5 g/kg.
Senyawa seperti Zn, Cu, Mg, Co, Mn diperlukan sedikit oleh tubuh manusia

Biologi Kuantitatif: senyawa bisa bersifat racun atau tidak racun.  Seperti contoh CCl4 (Carbon tetraclorida), merupakan senyawa yang beracun pada banyak organisme tetapi tidak beracun pada ayam.

Kompleksitas Toksikologi
Piperonil butoksida (PBO): sebagai senyawa tunggl tidak beracun.  Senyawa ini sering ditambahkan pada senyawa lain sehingga menimbulkan efek sinergisme, menjadi lebih toksik sehingga menimbulkan kematian akut (cepat) atau kematian kronis (lama). 

Tingkat kecepatan kematian organisme sasaran bisa berbeda tergantung faktor organ, umur, jenis kelamin, makanan, status kesehatan, kondisi fisiologi

Cakupan Ilmu Toksikologi
1. Berdasar mechanisms of toxic action
2. Pengukuran racun dan daya racun
3. Toksikologi terapan
4. Penggunaan senyawa kimia
5. Toksikologi regulasi

-***-




Thursday, June 16, 2016

Pembuatan Berbagai Media Biakan Buatan Untuk Menumbuhkan Jamur Patogenik Ganoderma boninense

16 Juni 2016

Praktikum Perlintan II
Pembuatan Media Biakan Buatan Ganoderma boninense 
Fakultas Agro Teknologi
Universitas Prima Indonesia
Medan

Latar Belakang


Ganoderma boninense adalah jamur patogenik penyebab penyakit busuk pangkal batang (BPB) tanaman kelapa sawit.  Ganoderma merupakan jamur tular tanah yang menginfeksi perakaran kelapa sawit, menyebabkan nekrosis jaringan baik di akar dan di pangkal batang.  Proses infeksi Ganoderma membutuhkan waktu lama sehingga ciri awal penyakit sulit dideteksi.  Adanya infeksi penyebabkan transport hara dari tanah akan terganggu sehingga tanaman memperlihatkan respon lebih dari 3 daun tombak tidak membuka.  Infeksi tingkat lanjut pada pangkal batang menyebabkan kematian jaringan bahkan batang menjadi tumbang.


Untuk tujuan penelitian seperti identifikasi spesies, perunutan DNA, uji patogenisitas dsb maka Ganoderma perlu dibiakan dalam media buatan.  Dalam praktikum ini akan dicoba menumbuhkan Ganoderma  dalam beberapa media buatan yaitu Potato Dextro Agar (PDA), Carrot Dextro Agar (CDA), Rice Dextro Agar (RDA) dan Sawdust Oil Palm Dextro Agar (SODA).  Potongan kecil korteks Ganoderma kemudian ditumbuhkan dalam berbagai media buatan tersebut untuk diamati pertumbuhan miseliumnya.


Tujuan Praktikum
Pembuatan berbagai media tumbuh buatan Ganoderma boninense


Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu: 
  1. 1 buah Pisau
  2. 2 buah gelas piala 200 ml
  3. 1 buah gelas piala 50 ml
  4. 1 buah gelas piala 10 ml
  5. 1 buah pinset
  6. 1 buah spatula
  7. 4 buah Erlemeyer
  8. 40 pasang cawan Petri untuk media volume 250 ml atau 20 pasang cawan petri untuk media volume 125 ml
  9. 1 buah gelas ukur 500 ml
  10. 1 buah Hot Plate Stirer
  11. 1 gumpal 200 g kapas
  12. 1 gulungan aluminium Foil
  13. 1 buah timbangan dengan dua digit setelah koma
  14. 1 buah Autoclave
  15. 1 buah laminar air flow
  16. 1 buah bunsen
  17. 1 buah oven untuk menyimpan biakan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum adalah
  1. Badan buah Ganoderma
  2. Agar-agar saset 2% (Swalow)
  3. Kentang
  4. wortel
  5. Beras
  6. Batang kelapa sawit sehat
  7. Dextrose
  8. Aqua destila
  9. Kloroks 10% (Bayclean)


Menimbang kentang, wortel, beras, batang kelapa sawit, agar-agar dan dextrose


Perhitungan Bahan Yang Dipakai

Praktikum akan membuat media agar dengan volume aquadest 250 ml.  Dari volume tersebut akan didapatkan 10 buah cawan petri berisi media agar.  Jika ingin membuat media untuk 5 buah cawan petri saja maka volume aquadest yang diperlukan 125 ml.  

Bahan untuk 10 pasang cawan petri adalah sebagai berikut
Aquadest                              = 250 ml, bagi menjadi dua bagian 100 ml dan 150 ml
2% agar-agar = 2/100 x 250 = 5 g
Dextro                                  =  3,75 g
Beras                                    = 50 g
Wortel                                  = 50 g
Kentang                               = 50 g
Batang kelapa sawit sehat    = 50 g
Bayclean 10% dilarutkan dalam 100 ml air = 10/100 x 100 ml = 10 ml
Badan buah Ganoderma      = 1 buah
Alkohol 80%                        = 250 ml


Bahan untuk 5 pasang cawan petri adalah sebagai berikut
Aquadest                              = 125 ml, bagi menjadi dua bagian 60ml dan 65ml
2% agar-agar = 2/100 x 125 = 2,5 g
Dextro                                  =  1,875 g
Beras                                    = 25 g
Wortel                                  = 25 g
Kentang                               = 25 g
Batang kelapa sawit sehat   = 25 g
Bayclean 10% dilarutkan dalam 100 ml air = 10/100 x 100 ml = 10 ml
Badan buah Ganoderma      = 1 buah

Alkohol 80%                        = 250 ml



Pelaksanaan Untuk Membuat Media Volume 250 ml

A. Sterilisasi Cawan Petri

Bungkus 40 pasang cawan petri menggunakan kertas HVS kemudian sterilkan dalam autoclave suhu 121 C selama 15 menit.


Autoclave untuk sterilisasi cawan petri dan erlemeyer berisi media agar

B.  Pembuatan Media Potato Dextro Agar (PDA)

  1.  Ambil 250 ml aqua destila dengan gelas ukur.
  2.  Kupas kentang lalu cuci bersih, timbang sebanyak 50 g.
  3.  Potong-potong dadu kentang, masukkan dalam gelas piala, tambahkan 100 ml aqua destila, lalu masak di atas hot plate stirer hingga mendidih kurang lebih 2-3 menit.  
  4.  Masukan kaldu kentang dalam erlemeyer volume 250 ml, sisihkan.
  5.  Agar-agar  5 g dimasukkan dalam gelas piala lalu ditambah 150 ml aqua destila, rebus hingga mendidih.
  6.  Masukkan agar-agar dalam erlemeyer berisi kaldu kentang.  Tambahkan 3,75 g dextrose kemudian goyang-goyang tabung agar bubuk dextrose tercampur rata. 
  7. Sumpal erlemeyer dengan kapas lalu bungkus dengan aluminium foil.  
  8. Sisihkan erlemeyer untuk dilakukan sterilisasi dalam autoclave.


C.  Pembuatan Media Carrot Dextro Agar (CDA)
  1.  Ambil 250 ml aqua destila dengan gelas ukur.
  2.  Kupas wortel lalu cuci bersih, timbang sebanyak 50 g.
  3.  Potong-potong kecil wortel, masukkan dalam gelas piala, tambahkan 100 ml aqua destila, lalu masak di atas hot plate stirer hingga mendidih kurang lebih 2-3 menit.  
  4.  Masukan kaldu wortel dalam erlemeyer volume 250 ml, sisihkan.
  5.  Agar-agar  5 g dimasukkan dalam gelas piala lalu ditambah 150 ml aqua destila, rebus hingga mendidih.
  6.  Masukkan agar-agar dalam erlemeyer berisi kaldu wortel.  Tambahkan 3,75 g dextrose kemudian goyang-goyang tabung agar bubuk dextrose tercampur rata. 
  7. Sumpal erlemeyer dengan kapas lalu bungkus dengan aluminium foil.  
  8. Sisihkan erlemeyer untuk dilakukan sterilisasi dalam autoclave.
Mengambil aqua destila dengan gelas ukur


D.  Pembuatan Media Rice Dextro Agar (RDA)




  1.  Ambil 250 ml aqua destila dengan gelas ukur.
  2. Timbang beras sebanyak 50 g, masukkan dalam gelas piala, tambahkan 100 ml aqua destila, lalu masak di atas hot plate stirer hingga mendidih kurang lebih 2-3 menit.  
  3. Masukan kaldu beras dalam erlemeyer volume 250 ml, sisihkan.
  4. Agar-agar  5 g dimasukkan dalam gelas piala lalu ditambah 150 ml aqua destila, rebus hingga mendidih di atas hot plate stirer.
  5.  Masukkan agar-agar dalam erlemeyer berisi kaldu beras.  Tambahkan 3,75 g dextrose kemudian goyang-goyang tabung agar bubuk dextrose tercampur rata. 
  6. Sumpal erlemeyer dengan kapas lalu bungkus dengan aluminium foil.  
  7. Sisihkan erlemeyer untuk dilakukan sterilisasi dalam autoclave.

D.  Pembuatan Media Sawdust Oil Palm Dextro Agar (SODA)


  1.  Ambil 250 ml aqua destila dengan gelas ukur.
  2. Timbang batang kelapa sawit sehat sebanyak 50 g, cacah halus kemudian masukkan dalam gelas piala.  Tambahkan 100 ml aqua destila, lalu masak di atas hot plate stirer hingga mendidih kurang lebih 2-3 menit. 
  3. Masukan kaldu batang kelapa sawit ke dalam erlemeyer volume 250 ml, sisihkan.
  4. Agar-agar  5 g dimasukkan dalam gelas piala lalu ditambah 150 ml aqua destila, rebus hingga mendidih di atas hot plate stirer.
  5.  Masukkan agar-agar dalam erlemeyer berisi kaldu kentang.  Tambahkan 3,75 g dextrose kemudian goyang-goyang tabung agar bubuk dextrose tercampur rata. 
  6. Sumpal erlemeyer dengan kapas lalu bungkus dengan aluminium foil.  
  7. Sisihkan erlemeyer untuk dilakukan sterilisasi dalam autoclave.

Masak kentang dalam 100 ml aquadest lalu tuang kaldunya ke dalam erlemeyer


Sumpal erlemeyer dengan kapas lalu tutup dengan aluminium foil

E. Sterilisasi Media

Autoclave erlemeyer yang berisi media pada suhu 121 C selama 15 menit.  Setelah keadaan tercapai, keluarkan erlemeyer dari autoclave.


F. Penuangan Media di Laminar Air Flow
  1. Tuang 10 ml bayclean dalam gelas piala 50 ml kemudian tambahkan 100 ml aquadest.
  2. Potong badan buah Ganoderma ukuran 4 mm x 4 mm x 5 mm kemudian masukkan dalam larutan bayclean tersebut.  Rendam selama 5 menit.  Sementara itu
  3. Nyalakan laminar air flow
  4. Letakkan cawan petri steril, erlemeyer berisi media steril, gelas piala berisi Ganoderma, gelas piala kosong untuk tempat Ganoderma setelah direndam klorok di salah satu sisi laminar
  5.  Semprot seluruh bagian laminar dengan alkohol 80%
  6. Nyalakan bunsen
  7. Gunakan sarung tangan dan masker wajah
  8. Semprotkan tangan dengan alkohol 80%
  9. Buka erlemeyer berisi media.  Panaskan lubang erlemeyer dengan nyala api bunsen. Buka sedikit tutup cawan petri lalu tuang media secukupnya ke dalamnya. Atur tutup cawan sehingga hanya terbuka sedikit agar panas keluar dan agar-agar kaku.  Lakukan langkah tersebut hingga 10 pasang cawan petri terisi. Panaskan lubang erlemeyer dengan api bunsen lalu tutupkan kembali sumbat kapas.
  10. Ambil tubuh buah menggunakan pinset, letakkan dalam gelas piala kosong.
  11. Setelah agar-agar kaku, letakkan tubuh buah Ganoderma di tengah cawan.  Tutup cawan lalukan pinggirnya dengan api bunsen. 
  12. Simpan cawan petri dalam oven yang disetting pada suhu 36 C.
  13. Kerjakan langkah di atas untuk semua media PDA, CDA, RDA, SODA.
  14. Matikan laminar air flow.

G. Pengamatan
Amati pertumbuhan miselium, kapan spora mulai muncul pada masing-masing media biakan buatan pada 1 HSA (Hari Setelah Aplikasi), 3 HSA, 5 HSA, 7 HSA.

Erlemeyer berisi media PDA, CDA, RDA, SODA

Gunakan sarung tangan dan masker muka saat menuang media ke cawan petri di laminar air flow


Proses peletakan tubuh buah Ganoderma ke tengah cawan petri



Proses peletakan tubuh buah Ganoderma ke tengah cawan petri


Hasil dan Pembahasan

Pertumbuhan Ganoderma yang dibiakan dengan media CDA, PDA, SODA, RDA (dari kiri ke kanan)


Spora Ganoderma sudah terbentuk pada 5 HSA di media SODA dan RDA



5 HSA hanya terbentuk miselium tipis Ganoderma pada median CDA dan PDA

Ganoderma berhasil tumbuh pada keempat media yang dicoba yakni Potato Dextro Agar (PDA), Carrot Dextro Agar (CDA), Sawdust Oil Palm Dextro Agar (SODA) dan Rice Dextro Agar (RDA).

Pertumbuhan paling optimal dengan kurun 5 hari setelah aplikasi sudah terbentuk spora adalah media SODA dan RDA.  Batang kelapa sawit memang inang dari jamur Ganoderma sehingga nutrisi yang terkandung dalam media sesuai untuk perkembangan jamur.  Nutrisi yang terkandung dalam kaldu beras juga bisa digunakan sebagai media pembiakan jamur Ganoderma.


Ganoderma dapat tumbuh pada media dengan nutrisi kentang dan wortel hanya saja pertumbuhan miselium sangat lambat.


Untuk itu disarankan membiakkan Ganoderma untuk keperluan penelitian  lanjutan sebaiknya menggunakan media SODA dan RDA.



Daftar Pustaka


Gianto.  2000.  Panduan Praktikum Penyakit Tumbuhan.  Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). 

Ho YW, Nawawi A.  1986.  Isolation, growth and sporophore development of Ganoderma boninense from oil palm in Malaysia.  Pertanika 9 (1): 69-73

Nasreen Z, Kausar T, Nadeem M, Majva R.  2005.  Study of different growth parameters in Ganoderma lucidum.  Micol Aplicada International 17 (1): 5-8



-end-

Wednesday, April 6, 2016

Friday, August 29, 2014

Mengenal (sekilas) Nyamuk

28 Agustus 2014

Ahsan gatal-gatal digigit nyamuk. Bekas gigitannya menjadi koreng berwarna hitam.  Kaki yang awalnya mulus menjadi belang-belang. Memang mas nyamuk itu nakal.  Ibarat orang, mas nyamuk itu ganteng, badan fit dengan performa terbang lihai.  Dengan gesit si mas gantheng menukik menghindari dua pasang telapak tangan yang marah besar.

Adakah kalimat yang salah dari paragraf di atas?  

Jawabannya ada dua point salah yang harus diluruskan.

1.  Digigit.  

Konotasi termudah digigit atau menggigit adalah kegiatan mencabik makanan menggunakan gigi seri.  Serangga pun ada yang mempunyai alat mulut seperti manusia, bisa menggigit dan mengunyah.  

Contoh serangga dengan tipe mulut tersebut adalah capung, ordo Odonata. Mangsa yang berhasil ditangkap oleh capung digigit kemudian dikunyah baru ditelan.  Contoh lain serangga dengan tipe mulut menggigit-mengunyah adalah kubang beetle, ordo Coleoptera. Kumbang ini menggigit daun, dikunyah lalu ditelannya.

Bagaimana dengan nyamuk?  Apakah alat mulutnya bertipe menggigit lalu mengunyah?

Betul sekali.  Nyamuk tidak menggigit apalagi mengunyah.  Tipe alat mulut nyamuk adalah menusuk-menghisap.  Mulut nyamuk berbentuk seperti jarum.  Mulut nyamuk ditusukkan ke kulit kemudian mencari pembulut darah terdekat.  Darah manusia langsung dihisap dari pembuluh.  

Jadi digigit nyamuk adalah bahasa salah kaprah tapi bisa diterima masyarakat.  Sepertinya bahasa menjadi tidak enak diucapkan,
"Ahsan ditusuk nyamuk hingga gatal-gatal."


2. Mas nyamuk yang gagah dan gesit.

Nyamuk yang menusuk dan menghisap darah manusia adalah berjenis kelamin betina, bukan jantan.  Betina perlu protein yang ada di dalam darah untuk membantu mematangkan telurnya.  Telur yang sudah mendapatkan protein dari darah kemudian diletakan di air, menetas menjadi jentik-jentik lalu berubah menjadi imago nyamuk dewasa.  Bentuk tubuh nyamuk betina itu betul-betul bagus.  Ramping, fit dengan kemampuan terbang tinggi.


Nyamuk jantan justru baik hati.  Nyamuk ini tidak makan darah tapi nektar bunga.  Perawakan nyamuk jantan: lebih kecil dan tidak bisa terbang dengan lincah.  Cara membedakan nyamuk jantan dan betina mudah, dengan melihat antena.  Antena nyamuk jantan dengan mudah dilihat mata telanjang.  Antena berbentuk seperti sisir atau seperti kemoceng.


Walau tidak makan darah, tapi nyamuk jantan memberikan sumbang sih merugikan.  Spermanya akan menghasilkan anak-anak betina yang dengan rakus menghisap darah manusia.


Berikut foto nyamuk jantan, dengan antena seperti sisir atau kemoceng. Hanya saja lensa tidak terlalu kuat untuk memperlihatkan secara jelas bentuk antena nyamuk.


nyamuk jantan




***


Thursday, June 12, 2014

Membasmi Semut

12 Juni 2014


Bulan Oktober hingga Desember 2013 silam, wohnung HRS khususnya apartemen tempat kami tinggal banyak semut merah, kecil seperti semut yang suka makan gula di Indonesia.  Semut ini banyak berjalan-jalan di dapur.


Ada pengumuman dari management wohnung, akan datang petugas untuk membersihkan semut.  Sempat merasa ketakutan, jangan-jangan semut ini dari Indonesia.  Saat ke Jerman sempat membawa bumbu: daun salam, lengkuas, kencur, kunyit, serai.  Takutnya bumbu yang dibawa tersebut tidak sengaja disisipi telur semut.  Semut kemudian menetas dan berkembang-biak di Goettingen.  



Eit sebentar, ada pertanyaan dengan kalimat "telur menetas dan berkembang biak".  Bagaimana menurut Entomologi?  Apa bisa seperti itu?  Telur menetas, semut besar atau dewasa, kawin lalu berkembang biak?  Semut adalah hewan sosial berkasta dan hidup berkelompok.  Kasta dalam kelompok semut yaitu ratu, kasta bangsawan, kasta pekerja dan prajurit.  Ratu bertugas bertelur untuk menghasilkan keturunan semut.  Kasta bangsawan, ratu melahirkan kasta bangsawan, kasta ini lalu terbang ke tempat lain, kawin dan menghasilkan koloni semut baru.  Kasta pekerta, tidak dapat kawin, yang hidupnya diisi untuk bekerja melayani kebutuhan koloni semut.  Kasta prajurit, tidak dapat kawin, yang hidupnya menjaga keamanan sarang semut.

Jika telur yang terbawa dari Indonesia itu kebetulan kasta bangsawan, ada semut jantan dan betina, tentu saja semut dapat berkembang biak di Goettingen.  Tapi jika telur yang terbawa dari Indonesia itu kasta pekerja atau prajurit, semut menetas hidup lalu mati.  Terputus kehidupannya karena semut tidak dapat kawin.


Jadi sebenarnya tidak perlu ketakutan.  Belum tentu bumbu yang dibawa membawa telur semut.  Bumbu tersebut sudah dicuci bersih.  Atau kalau terbawa juga belum tentu berkembang biak, mana tahu hanya telur semut pekerja atau prajurit.  


Menurut teori karantina, tidak boleh sembarangan membawa tumbuhan, hewan dari satu negara ke negara lain.  Takutnya tumbuhan dan hewan tersebut membawa hama dan penyakit.  Hama dan penyakit yang terbawa tidak ada musuh alaminya sehingga menjadi membahayakan di daerah baru.  Tapi teori karantina tersebur dilanggar.  Saya membawa bumbu dari Indonesia.  Bumbu di dalam koper tidak diperiksa sehingga dapat masak dengan bumbu rempah Indonesia tersebut.  Asikkkk.  Hayo kesimpulannya karantina Jerman tidak ketat!


Tiba waktunya petugas datang ke wohnung.  Hanya satu orang saja, menempelkan sesuatu di dinding dapur dan kamar mandi.  Buat apa benda yang ditempelkan tersebut?  Bagaimana cara bekerja untuk mengendalikan semut?

Hadiah mematikan untuk semut

Awalnya mengira benda tersebut adalah perangkap.  Nanti akan banyak semut datang dan mati di dalam benda tersebut.  Tapi setelah diamati satu minggu, dua minggu ternyata tidak ada semut didalam benda tersebut.  Lalu fungsinya apa?


Satu bulan kemudian datang petugas untuk memeriksa benda yang sudah ditempelkan sebelumnya.  Kebetulan petugas tersebut perempuan.  Saya jadi leluasa untuk bertanya sana dan sini.  Pertanyaan utama saya adalah, "apakah semut yang ada di wohnung berasal dari Asia?"  Maksud pertanyaan adalah untuk mencari jawaban benar tidak saya membawa semut dari Indonesia.  Jawabannya, bukan.  Semut bukan berasal dari Asia tapi memang sudah ada di Jerman.  Ahhhh...lega...semut bukan saya yang bawa dari Indo....


Petugas bertanya, "apakah anda melihat semut di dapur, di kamar mandi atau di tempat lain."  Saya menjawab, iya.  Semut tersebut saya matikan.  Jawaban polos.  Petugas tersebut lalu marah dan memberikan penjelasan.  
Katanya, "anda tidak boleh membunuh semut yang terlihat di dapur atau di tempat lain."  
"Semut tersebut adalah semut pekerja yang sedang mencari makan untuk koloninya." ujar petugas.
"Jika anda membunuh semut tersebut berarti racun dalam wadah tersebut tidak ada yang membawa ke sarang."ujar petugas.
"Benda yang ditempel di tembok adalah makanan buat semut." kata petugas.
"Makanan tersebut akan dibawa ke sarang semut untuk memberi makan koloni termasuk makanan untuk ratunya." petugas menjelaskan.
"Jika ratu sudah makan maka dia akan mati, dengan begitu tidak akan ada generasi semut selanjutnya."  ujar petugas.
"Cara memasang benda ini paling memungkinkan karena kita tidak tahu dimana sang ratu bersarang."  panjang lebar petugas menjelaskan.


Tentu saja petugasnya berbicara dalam bahasa Jerman.  "Little little I can" lah bahasa Jerman.  Kalau tidak ngerti ya bertanya, dengan bahasa seadanya.  Nah loh...orang HPT tidak tahu fungsi benda yang ditempel di tembok itu apa.  


Tidak ada kata terlambat untuk belajar sesuatu, termasuk cara yang paling mudah dan efektif untuk mengendalikan semut di rumah.  Umpan racun jenis apa yang dipasang ditembok belum tahu.  Tapi paling tidak faham cara mengendalikan semut di rumah.


Enam bulan kemudian atau bulan Juni ini, tidak ada semut yang berkeliaran di wohnung.  Umpan beracun sukses mengendalikan semut.  


Hope suatu hari nanti bekerja dengan bidang ini, entomologi.  Ilmu yang mempelajari seluk beluk serangga.  Bidang yang terlihat kecil dan remeh tapi kunci penting mewujudkan pertanian yang berkesinambungan.  Tapi entahnya...hanya mimpi tidak tahu apa yang terjadi esok hari.

***

Sunday, August 4, 2013

Serangga Penyerbuk Tanaman Cabai

Cabai Madame Jeanette

Merawat dua pot tanaman cabai, serasa merawat anak saja.  Kedua tanaman tersebut dirawat dari hanya 6 helai daun menjadi banyak helai daun.  Sekarang cabai tersebut sudah menghasilkan 1 buah cabai matang berwarna orange.


Ada rasa bahagia campur haru saat memanen buah hasil kerja keras, walaupun hanya satu buah.  Hasil panen memang tidak seberapa tapi banyak pelajaran bisa diperoleh.  


Menaman itu butuh kesabaran dan perhatian.  Kesabaran untuk memperhatikan, kapan tanaman perlu disiram.  Apakah cabai hanya disiram per dua hari ataukan sampai disiram 2 kali sehari.  Kesabaran tidak jemu-jemu memperhatikan kebutuhan tanah dan air dari hari ke hari, minggu ke minggu sampai akhirnya tanaman cabai tersebut berbunga.  Tanaman cabai berbunga banyak.  1 buah cabai matang, disusul oleh banyak bunga dan beberapa cabai kecil warna hijau.


Saat bunga mekar, baik serbuk sari dan putik menebarkan bau harum.  Beberapa serangga datang mengunjungi bunga cabai tersebut.  Beberapa serangga yang datang tersebut adalah sejenis lalat.  


Lalat ini tidak biasa, bukan seperti lalat rumah yang umum dilihat.  Lalat ini mirip dengan lebah, berwarna orange garis-garis hitam.  Kalau dilihat sekilas mirip sekali dengan lebah.  Mimikri, istilah serangga yang meniru bentuk serangga lain.  Tujuan mimikri ini untuk perlindungan diri.  Lebah dengan warna mencoloknya dan mempunyai sengat akan jadi pengingat serangga lain untuk tidak berlaku "macam-macam".  Dengan melihat warna dan bentuk badan saja, serangga musuh sudah lari tunggang-langgang.  Pun serangga lalat ini.  Si lalat ingin meniru lebah dari warna dan bentuk tubuh agar serangga lain terkecoh.  Mengira, dia seekor lebah berbahaya dengan sengat di ujung perut.  Padahal, dia hanya seekor lalat tidak berbahaya dan tanpa sengat.


Lalat ini masuk dalam famili Syrphidae.  Syrphidae ini termasuk lalat karenan hanya mempunyai 1 pasang sayap.  Biasanya serangga mempunyai 2 pasang sayap.  Satu pasang sayap lainnya tereduksi atau menjadi mengecil.  Sayap yang mengecil ini disebut halter.


Diptera: Syirphidae


Syrphidae ini mendatangi bunga cabai karena tertarik mengambil nektar dan polen.  Saat asyik makan dan mengambil nektar dari satu bunga ke bunga lain, tidak sengaja polen yang menempel di kaki dan anggota tubuh si Syrphidae menempel di putik sehingga terjadi proses penyerbukan.


Yang menarik dari serangga famili Syrphidae ini adalah, serangga mampu terbang statis dengan tetap mengepakkan sayap.  Mirip dengan burung kolibri, yang tetap mengepakkan sayap sambil berdiam diri di tempat.


Terima kasih banyak untuk diptera, syrphidae ini yang sudah membantu menghasilkan cabai.  Serangga tidak hanya hama saja, tapi banyak serangga yang bermanfaat.  Contohnya famili Syrphidae yang membantu melakukan penyerbukan....


Diptera: Syrphidae yang hanya berukusan satu ujung jari telunjuk anak 3 tahun


Penyerbukan tanaman cabai dibantu oleh serangga lalat, syrphidae

Wednesday, November 4, 2009

Siklus Hidup B. tabaci

Imago betina terkadang makan beberapa tumbuhan budi daya berbeda termasuk gulma. Kualitas nutrisi tiap tumbuhan berbeda sehingga tumbuhan tertentu baik untuk bertahan hidup sedangkan tumbuhan lain baik untuk menghasilkan banyak telur. Imago hidup selama 1 minggu atau lebih dan produksi telur tergantung jenis makanan yang dipilih imago tersebut. Imago betina memasukkan telur ke dalam daun tumbuhan inang dan nimfa yang menetas akan tetap berada di tumbuhan yang dipilih imago tersebut.

Telur B. tabaci berbentuk bulat telur, terpotong pada ujungnya. Pada suhu 25 oC telur akan menetas dalam 6-7 hari. Nimfa instar pertama disebut crawler. Crawler mempunyai kaki dan biasanya bergerak hanya beberapa sentimeter untuk mencari tempat makan. Jarak terjauh yang dapat ditempuh crawler adalah dari satu daun ke daun lain yang masih dalam satu tumbuhan sama.

Nimfa instar kedua hingga keempat menetap dengan tungkai tereduksi. Nimfa menyekresikan meterial berlilin pada pinggir bagian tubuhnya sehingga membantu nimfa tersebut menempel pada permukaan daun. Setelah nimfa mencapai instar keempat akan memasuki fase nimfa yang mempunyai mata berwarna merah. Tidak ada ganti kulit antara nimfa instar keempat dan nimfa yang matanya berwarna merah padahal secara morfologi keduanya berbeda. Nimfa bermata merah tersebut tidak makan sehingga kadang disebut memasuki periode puparium.

Siklus hidup B. tabaci sejak telur diletakkan hingga imago betina meletakkan telur untuk pertama kali selama 39 hari pada suhu 23 oC, 32 hari pada suhu ruang, dan 24 hari pada suhu 29 oC. Imago mampu bertahan hidup selama 40 hari pada suhu 23oC, 35 hari pada suhu ruang, dan 27 hari pada suhu 29 oC. B. tabaci dapat menghasilkan 15 generasi per tahun, betina dapat meletakkan telur rata-rata 200 buah dalam jangka waktu 3-6 minggu.